Selasa, 28 April 2009

UMI MAYADA, Calon Wanita Solihah

Tahajud Ringankan Beban
Usianya baru 16 tahun pada 20 Oktober yang lalu. Tapi sulung dari tiga bersaudara ini sudah mencatatkan namanya sebagai qariah nasional, setelah memenangi Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) di Kendari dua bulan lalu. Soal kemenangannya, gadis bernama lengkap Umi Mayada ini berfilosofi, "Semua karena Allah, berkat shalat tahajud." Soal ibadah sunah itu, memang biasa dilakukan Maya, panggilan akrabnya, secara rutin. Melalui shalat itu, ia mengaku biasa "curhat" kepada Sang Khaliq. Itu pula yang dilakukannya selama di Kendari saat bermusabaqah.

Ia tak yakin bakal bisa membawakan bacaan dengan baik. Sebelum ke Kendari,ia merasa sangat kurang berlatih dan selama di Kendari lebih banyak menangis karena kangen keluarga dan kecewa.Kecewa? Ia mengaku tidak tampil maksimal saat babak penyisihan. Apalagi ia mendapat ayat yang menurutnya sangat susah dilagukan.

''Saya sudah nggak yakin, mental juga ngedrop. Tapi subhanallah, begitu malam shalat Tahajud mengadu sama Allah, jadi enteng rasanya," ujarnya. Ia meminta yang terbaik pada Allah. Kalaupun tidak menjadi juara, dia juga legawa.

Paginya, ia percaya diri naik ke atas mimbar. Sejenak mengela nafas panjang, ia memulai bacaannya. "Allah memberi kekuatan. Semua dilancarkan," ujarnya. Syukur ia ucapkan berulang kali, ketika namanya diumumkan sebagai juara pertama untuk kategori bacaan satu juz dan tilawah itu.

Maya rajin bertahajud sejak SMP. Semula, siswi kelas 2 Arab 1 pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Model Jakarta yang sudah menelurkan sembilan album lagu religi ini mengikuti kebiasaan orang tuanya. Namun lama-lama, ia merasakan manfaat shalat malam itu.

"Setiap ada kesulitan mintalah sama Allah pasti Allah akan memberikan jalan keluar bagi kesulitan kita," ujarnya. Saat usai Tahajud, ia biasa mengadu pada Allah.

Tapi, bukan karena kesusahan lantas ia membiasakan shalat Tahajud. Baginya, shalat ini sudah menjadi bagian kesehariannya, seperti halnya shalat lima waktu. Dampak dari Tahajud yang dirasakannya adalah ketenangan batin dan enteng melangkah.

Persinggungan Maya pertama kali dengan kebiasaan Tahajud adalah saat mengikuti acara renungan di sekolahnya waktu SMP. Saat itu ada sesi pengenalan shalat Tahajud. Apalagi ia melihat shalat sunah itu juga biasa dilakukan orang tuanya. Sekali dua kali mencoba, ia 'ketagihan'.

Sama halnya dengan melagukan Alquran. Kedua orang tua yang mendorongnya untuk mencintai Alquran sejak kecil. Saat berusia 6,7 tahun, ia sudah terlibat dalam MTQ di Jambi dan Ia pun menjadi peserta terkecil yang menyabet gelar juara subhanallah. Selain itu membaca Alquran ba'da Maghrib dan Subuh sudah menjadi rutinitasnya sehari-hari.

UMI MAYADA

Sosok akhwat ini kerap muncul di layar kaca dengan melantunkan lagu-lagu shalawat. Akhwat tersebut biasa disapa Maya, 16 tahun, yang nama aslinya adalah Umi Mayada. Namanya meroket sejak ia mengeluarkan album Cahaya Rasul 1 pada tahun 1999, kumpulan shalawat yang di masa silam dinyanyikan oleh Ummu Kultsum, penyanyi legendaris Mesir.
Sejak kecil, anak sulung pasangan H. Adnan Ya’qub Limbong dan Hj. Sunarti Yusuf itu sudah belajar mengaji. Maklum, orangtuanya adalah juara qari dan qariah tingkat nasional. Ayahnya, juara MTQ TVRI/RRI 1986,sementara ibundanya juara MTQ Sulawesi Utara.
Minat Maya dalam berqiraah memang sudah tampak sejak kecil. Setiap kali ada tayangan qiraah di televisi, ia langsung duduk bersimpuh lalu menirukan suara qari di layar kaca. Ketika itu orangtuanya mengira anaknya hanya main-main saja. Bahkan terkadang Maya mengigau membaca Al-Quran layaknya seorang qariah.
Mendengar igauan cucunya itu, sang kakek yang kebetulan tidur bersamanya, kontak menangis. "Sub-hanallah, ini anak mengigaunya saja mengaji, lain dari pada yang lain, " kata kakeknya. Tahu Maya berbakat dalam seni baca Al-Quran, ayahnya mendidik anak sulungnya itu tehnik membaca Al-Quran yang benar.
Dengan sabar, Adnan Ya’kub menurunkan keahliannya dalam hal qiraah sab’ah (tujuh jenis qiraah) kepada anaknya tercinta. Latihan yang sangat disiplin itu ternyata tidak sia-sia. Ketika usianya menginjak tujuh tahun, Maya telah menguasai qiraah sab’ah, sehingga berhasil meraih juara I Musabaqah Tilawatil Quran tingkat Nasional di Jambi pada 1997 untuk kategori anak-anak. Lalu suara emasnya direkam dalam sebuah album qiraah anak-anak.
Selain itu, ternyata Maya juga gemar lagu-lagu shalawat. Kebetulan orangtuanya memiliki koleksi album shalawat cukup banyak, sehingga Maya dapat belajar dengan leluasa. Setelah cukup lancar, ia meluncurkan sebuah album shalawat. Kebetulan, Habib Husein Alaydrus -- produser sebuah perusahaan rekaman -- tengah mencari artis yang cocok untuk menyanyikan lagu-lagu Ummu Kultsum.
Habib Husein Alaydrus pernah ikut serta dalam perekaman album shalawat Nur Muhaammad SAW dan Ziarah Rasul yang dibawakan oleh Haddad Alwi. Suatu hari, Habib Husein menerima sebuah kaset qiraah Maya, dan langsung tertarik. Ketika menjalani tes rekaman, ternyata Maya mampu melantunkan lagu-lagu Ummu Kultsum.
"Pertama kali bikin album, saya grogi. Tapi saya senang, dan seru," tutur Maya. Akhirnya, dalam waktu relatif singkat, pada 1999 sebuah album shawalat, Cahaya Rasul 1, berhasil dirilis. Ketika itulahsuara Maya banyak terdengar di radio dan televisi, apalagi memasuki bulan Ramadhan.
Sejak itu nama Mayada dikenal luas sebagai penyanyi cilik untuk lagu-lagu shalawat, sejajar dengan Sulis, Wafiq Azizah, dan lain lain. Maya tak pernah khawatir bersaing, sebab baginya persaingan harus dilihat secara positif sebagai fastabiqul khairat (berlomba dalam kebaikan). Bahkan ketika mengikuti MTQ, Maya sering minta sekamar dengan Wafiq Azizah.
Setelah album Cahaya Rasul 1, setiap kali menyambut Ramadhan, Maya selalu merilis album shalawat. Hingga sekarang sudah terbit 14 album, terdiri dari sembilan album Cahaya Rasul, tiga kompilasi dengan artis lain, dan dua lagi karet qiraah dan shalawat.. Sejak itu Maya sering diundang menggelar konser di berbagai kota-kota besar, termasuk tawaran konser di luar negeri. Beberapa waktu lalu ia menggelar konser di Kualalumpur dan Hongkong.
Ada penggemar yang mengirim surat, ada pula yang berkunjung ke rumah. Tapi, ada penggemar yang unik: bertandang ke rumah membawa oleh-oleh sekeranjang mangga. Tentu keluarganya senang. Tapi, ada yang bikin sedih. Dalam setiap konser, ada penggemar yang berlebihan dengan menarik-narik bajunya, menungguinya di depan rumah (bahkan sampai bermalam di teras), memanjat pagar rumah, atau membaca puisi di depan rumah.
Tapi, yang paling bikin sedih Maya ialah ulah para pembajak yang mencuri album shalawatnya. Praktis, semua albumnya selalu dibajak sehingga ia banyak merugikan. "Baru seminggu masternya keluar, kaset bajakannya sudah beredar," katanya sedih.

Umi Mayada

Nama Panggilan: Maya
anggal Lahir : Bitung, 20 Oktober 1990
Ayah : Adnan Ya'qub Limbong

Ibu : Sunarti Yusuf
Posisi : Sulung dari 3 bersaudara
Pendidikan : SD Al-'Asyiratussyafi'iyah
SMP Islam Al Azhar Bintaro
Kelas 2 Arab 1 MAN 4 Model Jakarta
Hobi : Baca Buku Agama

Prestasi :
Juara 1 MTQ Nasional Tartil Quran Jambi
Juara 1 MTQ se-DKI Jakarta 1 juz+tilawah 2005-2006
Juara 1 MTQ Nasional 1 juz + tilawah Kendari 2006
Album : Empat Belas album (Album Cahaya Rasul 1-9 dan Album Cahaya
Rasul Kumpulan Shalawat Terbaik.

Rabu, 13 Agustus 2008